Orang super kaya dari berbagai penjuru dunia belum memandang Indonesia sebagai sasaran investasi di bidang properti.
Dalam The Wealth Report 2012 yang dirilis Knight Frank Indonesia tidak mampu bersaing dengan Hong Kong, China, maupun Singapura sebagai lokasi rumah kedua bagi orang super kaya di Asia
Pasifik dengan aset minimal US$100 juta yang menjadi subyek riset tersebut.
Pasifik dengan aset minimal US$100 juta yang menjadi subyek riset tersebut.
Hasan Pamudji, Senior Research Manager Lembaga Konsultan Properti Knight Frank Indonesia, mengatakan
hal ini disebabkan pembatasan kepemilikan properti bagi warga asing,
walaupun rerata harga tanah di Indonesia lebih murah dibandingkan dengan
Singapura maupun Malaysia.
“Sebenarnya dengan harga properti yang relatif lebih murah, Indonesia
potensial untuk menarik investor global, sebab peluang kenaikan harganya
juga lebih besar,” katanya saat dihubungi Bisnis, Rabu, 4 Maret 2012.
Dalam laporan yang sama, rerata harga properti di dua daerah di
Indonesia per kuartal IV/2011, yakni Jakarta dan Bali, berada di urutan
ke-60 dan 61, jauh di belakang Singapura yang berada di urutan ke-13
atau Bangkok yang meraih urutan ke 51.
Hasan memprediksi, tiap tahunnya, rerata harga properti tersebut naik
sekitar 5%-10%, dengan catatan kondisi ekonomi dan politik masih relatif
sama seperti saat ini.
Dia menambahkan, walaupun terkendala pembatasan kepemilikan properti,
sebenarnya pihak asing masih bisa mendapatkan hak guna bangunan di
Indonesia yang berarti sama seperti hak milik atau freehold, selama
menjalin kerjasama atau joint venture dengan pihak lokal.
“Dengan demikian, pada umumnya pihak asing masih memiliki 30% properti
di Indonesia, sisanya, yakni 70% merupakan milik lokal,” terang Hasan.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda menambahkan
salah satu faktor penyebab enggannya investor global untuk terjun di
pasar properti Indonesia adalah tidak jelasnya regulasi yang ada.
Menurut Ali, sebenarnya potensi pertumbuhan properti Indonesia untuk
investasi masih cukup bagus, namun tidak merata. Kota-kota besar seperti
Jabodetabek masih mendominasi, terutama untuk jenis rumah tapak.(msb)
bisnis.com
http://serbaserbiproperti-abproperty.blogspot.com/2012/04/regulasi-jadi-hambatan-utama-ivestasi.html
http://serbaserbiproperti-abproperty.blogspot.com/2012/04/regulasi-jadi-hambatan-utama-ivestasi.html
0 komentar:
Posting Komentar