Survei properti Bank Indonesia (BI) menggambarkan terjadi kenaikan harga
rumah sepanjang satu tahun terakhir. Kenaikan tertinggi terjadi pada
tipe hunian kecil di bawah 36 m2, yang mencapai 4,42%.
Namun saat dikonfirmasi, Ketua Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Eddy Ganefo tidak membenarkan hasil survei tersebut. "Tidak (ada kenaikan). Sepengetahuan saya masih stabil," katanya saat berbincang dengan detikFinance, Minggu (20/5/2012).
Ia menambahkan, mungkin saja yang terjadi ada realisasi penjualan rumah tipe kecil dengan pola kredit komersial non subsidi atau fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP).
"Dari Apersi ada banyak produksi. REI (Real Estate Indonesia) juga. Akhirnya tersendat karena persyaratannya ganti," paparnya.
"Jadi kita ubah pola menjadi bunga komersial khusus, bunga lebih rendah dari bunga komersial tapi diatas (bunga) FLPP. Serapannya mungkin dari sana," tambah Eddy.
Pengembang dengan spesialisasi rumah sederhana, lanjut Eddy, tidak berniat menaikan harga jual rumah. Pasalnya masyarakat level bawah memiliki kemampuan terbatas. Acuan pembeli rumah tipe kecil adalah harga yang terjangkau.
"Masyarakat itu tipe tidak masalah. Asal dapat rumah murah, yang penting harga! Dan secara teknis tidak bisa (murah) kalau lebih dari tipe 36 m2," paparnya.
"Ini kenyataan yang ada di lapangan, kami menemui langsung masyarakat. Kementerian (Perumahan Rakyat) kan nggak pernah ketemu. Sibuk saja membela diri," tegas Eddy.
Seperti dikabarkan sebelumnya, survei BI menerangkan harga rumah pada periode tahunan (yoy), untuk semua tipe naik, namun melambat dibandingkan periode sebelumnya. Kenaikan tertinggi terjadi pada tipe kecil 4,42%.
Kenaikan harga paling tinggi terjadi di wilayah Medan 6,39%, terutama untuk tipe besar 7,72%. Kenaikan harga juga terjadi di wilayah Makassar 6,4%, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya 6,04% dengan peningkatan paling tinggi terjadi pada rumah tipe menengah 9,12%.
Pada sisi lain, terjadi penurunan penjualan secara triwulan pada semua tipe rumah, terutama rumah tipe kecil. Tidak terjualnya beberapa unit hunian di bawah tipe 36 m2 terkait UU No 1 Tahun 2011 tentang perumahan dan pemukiman, diduga berimbas pada penurunan penjualan rumah tipe kecil.
BI juga mencatat kenaikan harga rumah secara triwulanan (qtoq), selama periode triwulan I-2012 untuk semua tipe rumah. Kenaikan harga rumah tertinggi terjadi pada rumah tipe besar 0,90% (qtoq). Wilayah Padang mengalami kenaikan harga paling tinggi sebesar 2,17%, rumah tipe besar di wilayah ini naik 3,09%.
"Peningkatan harga yang cukup tinggi juga terjadi di wilayah Palembang, dengan kenaikan harga tertinggi terjadi pada rumah tipe besar 3,31%," jelas laporan BI.
Namun saat dikonfirmasi, Ketua Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Eddy Ganefo tidak membenarkan hasil survei tersebut. "Tidak (ada kenaikan). Sepengetahuan saya masih stabil," katanya saat berbincang dengan detikFinance, Minggu (20/5/2012).
Ia menambahkan, mungkin saja yang terjadi ada realisasi penjualan rumah tipe kecil dengan pola kredit komersial non subsidi atau fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP).
"Dari Apersi ada banyak produksi. REI (Real Estate Indonesia) juga. Akhirnya tersendat karena persyaratannya ganti," paparnya.
"Jadi kita ubah pola menjadi bunga komersial khusus, bunga lebih rendah dari bunga komersial tapi diatas (bunga) FLPP. Serapannya mungkin dari sana," tambah Eddy.
Pengembang dengan spesialisasi rumah sederhana, lanjut Eddy, tidak berniat menaikan harga jual rumah. Pasalnya masyarakat level bawah memiliki kemampuan terbatas. Acuan pembeli rumah tipe kecil adalah harga yang terjangkau.
"Masyarakat itu tipe tidak masalah. Asal dapat rumah murah, yang penting harga! Dan secara teknis tidak bisa (murah) kalau lebih dari tipe 36 m2," paparnya.
"Ini kenyataan yang ada di lapangan, kami menemui langsung masyarakat. Kementerian (Perumahan Rakyat) kan nggak pernah ketemu. Sibuk saja membela diri," tegas Eddy.
Seperti dikabarkan sebelumnya, survei BI menerangkan harga rumah pada periode tahunan (yoy), untuk semua tipe naik, namun melambat dibandingkan periode sebelumnya. Kenaikan tertinggi terjadi pada tipe kecil 4,42%.
Kenaikan harga paling tinggi terjadi di wilayah Medan 6,39%, terutama untuk tipe besar 7,72%. Kenaikan harga juga terjadi di wilayah Makassar 6,4%, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya 6,04% dengan peningkatan paling tinggi terjadi pada rumah tipe menengah 9,12%.
Pada sisi lain, terjadi penurunan penjualan secara triwulan pada semua tipe rumah, terutama rumah tipe kecil. Tidak terjualnya beberapa unit hunian di bawah tipe 36 m2 terkait UU No 1 Tahun 2011 tentang perumahan dan pemukiman, diduga berimbas pada penurunan penjualan rumah tipe kecil.
BI juga mencatat kenaikan harga rumah secara triwulanan (qtoq), selama periode triwulan I-2012 untuk semua tipe rumah. Kenaikan harga rumah tertinggi terjadi pada rumah tipe besar 0,90% (qtoq). Wilayah Padang mengalami kenaikan harga paling tinggi sebesar 2,17%, rumah tipe besar di wilayah ini naik 3,09%.
"Peningkatan harga yang cukup tinggi juga terjadi di wilayah Palembang, dengan kenaikan harga tertinggi terjadi pada rumah tipe besar 3,31%," jelas laporan BI.
detik.com