Salah satu rumah gubuk di Sumbawa Barat (Foto: Dok. Kemenpera) |
JAKARTA - Penurunan suku bunga Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Pembangunan (FLPP) menjadi 7,25 persen digadang-gadang Kementerian Perumahan Rakyat sebagai sebuah prestasi yang berhasil dicapai pemerintah. Namun, hal tersebut ternyata tidak memiliki pengaruh sama sekali terhadap pemberian rumah subsidi bagi rakyat.
"Suku bunga FLPP dari dahulu enggak ada masalah. Yang terjadi saat ini, rakyat semakin dibatasi kesempatannya dalam memperoleh rumah yang disubsidi. Itu karena atturan-aturan yang dibuat oleh Menpera sendiri," kata Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman (Apersi) kepada okezone, di Jakarta, Jumat (9/3/2012).
Saat ini lanjut Eddy, APERSI sendiri telah menemui jalan buntu dalam proses mediasi mengenai rumah murah yang disubsidi dengan Kemenpera. Selanjutnya, langkah yang akan mereka tempuh adalah lewat jalur komersil.
"Kami akan tempuh jalur komersil, misalkan lewat rusunami. Tapi akibatnya ya itu, artinya yang akan dapat subsidi itu rakyat yang berpenghasilan menengah setara Rp5 juta per bulan, bukan rakyat yang berpenghasilan rendah (MBR). Inilah kenyataanyaa saat ini, kebalik kan dunia ini," tandasnya.
Menurut Eddy rumah murah seharga Rp70 juta yang diprogramkan Kemenpera tersebut juga tetap memberatkan rakyat. "Yang dibantu cuma rumah tipe 36 saja harga Rp70 juta, tapi barangnya enngak ada. Belum lagi kan perbaikan struktur rumahnya, tentu akan menambah biaya juga. Jadi rakyat kecil tetap susah buat dapat rumah," tandas Eddy. (rhs)
"Suku bunga FLPP dari dahulu enggak ada masalah. Yang terjadi saat ini, rakyat semakin dibatasi kesempatannya dalam memperoleh rumah yang disubsidi. Itu karena atturan-aturan yang dibuat oleh Menpera sendiri," kata Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman (Apersi) kepada okezone, di Jakarta, Jumat (9/3/2012).
Saat ini lanjut Eddy, APERSI sendiri telah menemui jalan buntu dalam proses mediasi mengenai rumah murah yang disubsidi dengan Kemenpera. Selanjutnya, langkah yang akan mereka tempuh adalah lewat jalur komersil.
"Kami akan tempuh jalur komersil, misalkan lewat rusunami. Tapi akibatnya ya itu, artinya yang akan dapat subsidi itu rakyat yang berpenghasilan menengah setara Rp5 juta per bulan, bukan rakyat yang berpenghasilan rendah (MBR). Inilah kenyataanyaa saat ini, kebalik kan dunia ini," tandasnya.
Menurut Eddy rumah murah seharga Rp70 juta yang diprogramkan Kemenpera tersebut juga tetap memberatkan rakyat. "Yang dibantu cuma rumah tipe 36 saja harga Rp70 juta, tapi barangnya enngak ada. Belum lagi kan perbaikan struktur rumahnya, tentu akan menambah biaya juga. Jadi rakyat kecil tetap susah buat dapat rumah," tandas Eddy. (rhs)
http://property.okezone.com/read/2012/03/09/471/590206/rakyat-miskin-malah-susah-dapat-rumah-subsidi
0 komentar:
Posting Komentar