Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), Iqbal Latanro
menerangkan, ada potensi bubble (gelembung) properti pada lokasi
tertentu karena trik marketing yang dilakukan pengembang melalui media
promosi. Harga bentukan pengembang ini dinilai terlalu tinggi
dibandingkan harga rata-rata pasar.
"Ada bubble tapi di beberapa lokasi tertentu. Saya tidak bisa sebutkan lokasinya karena tidak etis," kata Iqbal di kantornya, Selasa (20/3/2012) malam.
Peningkatan harga properti yang tak wajar disebabkan oleh promosi gencar yang dilakukan pengembang. Bentukan opini tersebut menjadikan harga 'seakan-akan' terus naik.
"Ada bubble tapi di beberapa lokasi tertentu. Saya tidak bisa sebutkan lokasinya karena tidak etis," kata Iqbal di kantornya, Selasa (20/3/2012) malam.
Peningkatan harga properti yang tak wajar disebabkan oleh promosi gencar yang dilakukan pengembang. Bentukan opini tersebut menjadikan harga 'seakan-akan' terus naik.
Namun faktanya peningkatan harga tidak sespektakuler yang dijanjikan. Inilah yang berpotensi bubble, saat harga sudah mencapai puncak meletus kemudian membentuk harga pasar sesungguhnya.
"Bubble pun bisa kita kita trik. Kita lakukan discount price dari harga rumah real," tambahnya.
Permainan harga rumah bukan hal baru. Indonesia Property Watch (IPW) pernah menyampaikan harga jual yang terlalu tinggi dengan iming-iming kawasan strategis, belum menjamin gainnya sesuai yang diharapkan. Bahkan bisa-bisa nilai properti di kawasan itu mendekati harga jenuh (over value)
Direktur Eksekutif IPW Ali Tranghanda menyarankan, agar masyarakat tak terjebak goreng menggoreng harga properti oleh pengembang dengan penawaran harga jual properti seperti perumahan yang nilainya sangat fantastis.
(wep/ang)
sumber detik.com
http://serbaserbiproperti-abproperty.blogspot.com/2012/03/gelembung-properti-hanya-di-lokasi.html
0 komentar:
Posting Komentar