Senin, 07 Mei 2012

Empat faktor kunci siklus investasi properti


Di kalangan investor, unit properti dikenal sebagai salah satu peranti investasi yang teraman. Betapa tidak, sebagai aset, hampir bisa dipastikan bahwa nilai sebuah properti selalu meningkat—terlepas dari intensitas kenaikan tersebut. Sekalipun nilai sebuah bangunan selalu menyusut, nilai kavling properti hampir pasti selalu naik.

Memang, sebagai peranti investasi, properti pun mengidap beberapa kelemahan. Semisal, aset properti bersifat tidak likuid alias tidak mudah dicairkan. Untuk menjual sebuah rumah, misalnya, perlu waktu setidaknya dua-tiga bulan.

Tapi, itu tidak mengurangi fakta bahwa properti adalah peranti investasi teraman: tidak seperti investasi surat berharga seperti saham yang bisa saja nilainya mendadak turun drastis.

Kemudian, di kalangan pemula awal investasi properti, sering ada pertanyaan sebagai berikut: kapan sebaiknya investasi properti dilakukan saat dana tersedia?

Untuk itu, ada baiknya kita memahami siklus investasi properti. Dengan pemahaman itu, kita akan tahu momentum yang tepat untuk masuk ke ranah investasi properti.

Dalam buku 108 Tanya Jawab Investasi dan Bisnis Properti, pengamat properti Joko Salim menjelaskan sejumlah hal tentang siklus investasi properti. Mari kita ikuti.

1. Kondisi Ekonomi Makro
Saat perekonomian makro membaik, sudah tentu permintaan terhadap properti meningkat banyak. Otomatis, hal itu menaikkan harga properti.
Sementara, saat ekonomi makro sebuah negara lesu, hal yang sebaliknya sudah tentu terjadi. Permintaan menurun sehingga harga properti menurun ataupun stagnan.

2. Tingkat Suku Bunga Perbankan
Saat tingkat suku bunga perbankan tinggi, para investor memilih tidak membeli properti. Itu demi menghindari bunga tinggi yang berpotensi mengurangi tingkat keuntungan pembelian properti; itu terjadi bila membeli properti melalui kredit dari bank.
Mereka memilih menyimpan uang di bank dan mereguk bunga tinggi.
Kemudian, saat suku  bunga bank rendah, investor properti cenderung menghindari menyimpan uang di laci para bankir. Dan beralih membeli properti melalui kredit dari bank karena, selain tingkat bunga rendah, permintaan terhadap properti juga tengah tinggi sehingga harganya lekas naik.
3. Lokasi
Lokasi properti terkait erat dengan tingkat kenaikan harganya. Bila lokasi properti bagus dan banyak diminati konsumen, otomatis harganya cepat naik.
4. Perencanaan Kota
Perhatikan tata kota di masa mendatang. Saat lokasi properti kelak menjadi area bisnis ataupun komersial, hampir pasti bahwa itulah lokasi yang bagus.

Empat faktor siklus investasi tersebut terkait satu sama lain dalam investasi properti. Carilah properti berlokasi bagus; sesuaikan dengan perencanaan kawasan.

Kemudian, belilah saat kondisi ekonomi makro melesu dan harga properti turun atuapun stagnan.
Dan, segerala melego properti itu saat ekonomi makro cerah karena harga peranti investasi tersebut menanjak.


jaringnews.com

http://serbaserbiproperti-abproperty.blogspot.com/2012/05/empat-faktor-kunci-siklus-investasi.html

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Cari Properti

Custom Search

Ir. Andreas Siregar

Konsultan Properti

Pendiri AB Property

Tenaga Pengajar pada

PANANGIAN SCHOOL OF PROPERTY

Follow Twitter @penilaipublik untuk Tips & Konsultasi Properti

Aditya Budi Setyawan

Pendiri AB Property (Partner) ✉absetyawanwassuccess@live.com

☎ 0878787 702 99

085 7755 1819 5

0852 2120 3653

021 444 300 33 (flexi)

BB : 31 789 C84

Facebook Twitter MySpace Blogger Google Talk absetyawan Y! messenger adityabsetyawan
My QR VCard

Cari