Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) Setyo Maharso, menilai teknologi
rumah cetak beton menyulitkan masyarakat dalam renovasi kelak. Beda
dengan dinding bata susun yang diterapkan selama ini.
"Rumah beton cetak, kalau kembangkan (renovasi) susah. Karena konstruksinya beda. Kalau renovasi biayanya jadi lebih tinggi karena konstruksinya solid. Ini yang harus diperhatikan," kata Setyo di sela-sela ulang tahun REI ke-40 di Manado, Sabtu (31/3/2012).
Seperti diketahui, teknologi bangun rumah beton adalah gagasan Menteri Perumahan Rakyat (Menpera) Djan Faridz. Terdapat rumah contoh yang berdiri Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) di Jalan Raden Fatah, Kebayoran Baru, Jakarta.
"Rumah beton cetak, kalau kembangkan (renovasi) susah. Karena konstruksinya beda. Kalau renovasi biayanya jadi lebih tinggi karena konstruksinya solid. Ini yang harus diperhatikan," kata Setyo di sela-sela ulang tahun REI ke-40 di Manado, Sabtu (31/3/2012).
Seperti diketahui, teknologi bangun rumah beton adalah gagasan Menteri Perumahan Rakyat (Menpera) Djan Faridz. Terdapat rumah contoh yang berdiri Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) di Jalan Raden Fatah, Kebayoran Baru, Jakarta.
Menpera juga menerangkan, teknologi ini mereduksi biaya pembangunan rumah dibandingkan yang biasa dibangun pengembang. Luas bangunan 36 m2 hanya habiskan dana Rp 25 juta (diluar biaya tanah).
Namun, menurut Setyo, bangunan rumah di Raden Fatah belum memasukan komponen lantai keramik dan platform yang layak. Jika speksifikasi bangunan menggunakan material ideal, harganya mencapai Rp 32 juta.
"Itu itung-itunganya sama dengan Rp 32 juta. Platformnya dan atas asbes juga panas. Tentu temen-temen akan bangun selama ada benefit (untung). Kita kan bukan Dinas Sosial. Gaji pegawai dari mana?," paparnya.
(wep/dru)
Detik.com
0 komentar:
Posting Komentar