Kisaran harga jual unit kondominium atau hunian vertikal yang bisa
dimiliki di kawasan non sentra bisnis Jakarta pada kuartal I/2012
meningkat 12% dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Data dari lembaga riset properti Coldwell Banker menunjukkan rerata
harga jual kondominium di kawasan non CBD mencapai Rp12, 4 juta per m2
pada kuartal I/2012, sedangkan di kawasan CBD menyentuh Rp19,17 juta.
Secara total, kenaikan harga kondominium pada periode itu mencapai 10%.
Meyriana Kesuma, Manajer Riset dan Konsultasi Coldwell Banker, mengatakan
kenaikan harga yang cukup signifikan tersebut mengindikasi permintaan
terhadap kondominium di Jakarta masih cukup tinggi.
“Permintaan terhadap Kondominium terus mengalami peningkatan pada
kuartal ini, khususnya di wilayah Non CBD yang dapat dilihat dari
kenaikan harga unit yang cukup signifikan ,” ujarnya kepada Bisnis,
Senin 14 Mei 2012.
Data yang sama merinci selama kuartal 1 2012, total penjualan unit
kondominium mencapai 95,81% atau sekitar 2.543 unit. Proyek kondominium
yang telah existing membukukan tingkat penjualan 97,5%, sementara yang
masih dalam tahap konstruksi mencapai 75,85%.
Pada kuartal ini penyerapan paling tinggi terjadi di kondominium kelas
middle dengan tingkat penjualan sebesar 81.2%, disusul oleh kondominium
kelas middle-low; low; upper dan middle-upper dengan persentase
berturut-turut 79,3%, 78%, 76,77% dan 73,9%.
Saat ini, jumlah pasokan kondominium menyentuh angka 82.448 unit,
menyusul adanya pasokan baru dari The Wave, yakni Coral Tower, Gandaria
Height tower B, Paragon Village, dan Regatta dengan menara keempatnya,
yaitu Rio de Janeiro.
Meyriana memperkirkan selama tahun 2012 ini diperkirakan permintaan
terhadap kondominium akan terus meningkat seiring dengan suku bunga KPA
yang tetap atraktif dan gaya hidup konsumen yang semakin mengutamakan
kemudahan. Dengan demikian, tingkat penjualan dia pastikan terus tumbuh.
“Pengembang kondominium kelas menengah harus mengantisipasi tren ini
dengan menyesuaikan harga di pasar dengan produk yang lebih kompetitif,
sehingga kenaikan harga diikuti perbaikan kualitas produk, bukan
spekulasi yang bisa merusak pasarnya,” terangnya.
Dia menambahkan kebutuhan kondominium juga sudah meningkat di pinggiran
kota akibat berkurangnya lahan dan tingginya harga tanah serta sudah
terbentuknya pusat kegiatan bisnis di beberapa titik di pusat kota.(msb)
0 komentar:
Posting Komentar