Real Estate Indonesia (REI) masih optimistis para pengembang yang
menjadi anggotanya dapat membangun rumah subsidi tipe 36 dengan harga
jual Rp 70 juta. Namun untuk hadir di Jawa, kelihatannya sulit.
Mengingat besaran biaya pembebasan tanah yang jauh melebihi batas.
"Kita masih optimis, bisa dibangun. Kalau masih bisa terjangkau untuk masyarakat di luar Jawa," kata Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) Setyo Maharso, Jumat (2/3/2012).
Untuk mengetahui lebih jauh, REI berharap pemerintah mengeluarkan indeks kemahalan konstruksi. Dalam indeks tersebut, akan tergambar rinci besaran biaya konstruksi pada setiap wilayah di Indonesia.
"Kita masih optimis, bisa dibangun. Kalau masih bisa terjangkau untuk masyarakat di luar Jawa," kata Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) Setyo Maharso, Jumat (2/3/2012).
Untuk mengetahui lebih jauh, REI berharap pemerintah mengeluarkan indeks kemahalan konstruksi. Dalam indeks tersebut, akan tergambar rinci besaran biaya konstruksi pada setiap wilayah di Indonesia.
"Ini semacam riset, terserah siapa. Bisa PU (Kementerian Pekerjaan Umum) atau Kemenpera (Kementerian Perumahan Rakyat). Mana daerah yang bisa ikutan tipe 36 m2," tambahnya.
"Nantinya tentu harus dibedakan. Harga Rp 90 juta di Sumatera, mungkin cuma Rp 70 juta di Kalimantan," imbuh Setyo.
Sementara itu, bagi pengembang yang sudah terlanjur membangun rumah tipe di bawah 36 m2 masih bisa ikut FLPP 2012. REI akan mengusahakan legal opinion atas UU perumahan yang efektif berlaku Februari lalu. "Kalau izinnya sudah keluar, dan sudah dibangun masih bisa ikut FLPP. Masih dibuatkan PP (Peraturan Pemerintah), bentuk legal opinion bahwa ada izin," ucapnya.
"Kita (REI) masih punya stok, sampai dengan Februari ada 20 ribu. Stok izin 50 ribu. Ini kan tidak berlaku surut, jadi masih bisa ikut," tegas Setyo.
Apersi Pastikan Tak Ikutan Program FLPP 2012
Kebijakan berbeda justru datang dari pengembang rumah sederhana, Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesa (Apersi). Asosiasi yang dipimpin oleh Eddy Ganefo ini bersebrangan dengan REI. Ia tidak akan ikutan FLPP 2012 yang dirancang Menpera Djan Faridz.
"Karena persyaratan tipe 36 m2, nilai KPR Rp 63 juta, harga jual Rp 70 juta. Barang yang seperti ini nyaris tidak ada. Maka dari sakit kepala, tolak. Kita tidak ada sama sekali. Kita ikutan kalau Menteri ubah persyaratan. Tahun lalu saja Rp 80 juta, sekarang Rp 63 juta," katanya.
Ia pun yakin, meski pemerintah menyerahkan pembangunan rumah subsidi kepada pengembang BUMN, Perumnas, sulit untuk teralisir. "Biar saja kasih ke Perumnas. Biar bangkrut! Dengan harga yang sama pun selama ini bangunan hasil Perumnas kualitasnya lebih jelek dari kita (pengembang swasta). Karena kan over head-nya besar," imbuhya.
(ns/NS/vbn-dtc)
http://property.vibiznews.com/news/rei-tanah-jawa-masih-terlalu-mahal-untuk-rumah-murah-tipe-36/5028
0 komentar:
Posting Komentar