Kawasan industri Serang dan Cilegon sampai sekarang belum banyak dilirik pelaku usaha.
VIVAnews - Konsultan properti Jones Lang LaSalle
menilai rendahnya tingkat okupansi dan tak lakunya sebagian kawasan
industri di Tanah Air disebabkan para pelaku usaha merasa sarana
infrastruktur tak cukup mendukung.
"Akses jalan yang bagus untuk perjalanan yang cepat dan gampang ditempuh, pasti akan mendorong permintaan," kata Head of Research Jones Lang LaSalle, Anton Sitorus kepada VIVAnews.com di Jakarta, Kamis 1 Desember 2011.
Anton mengatakan, perusahaan tidak akan membangun industrinya jika sebuah kawasan dianggap memiliki jalan sempit, jarak tempuh yang lama, serta fasilitas kurang memadai.
Perusahaan hanya mau mengembangkan industri jika lokasi yang dituju sudah menjadi kebutuhan mendesak. "Misalkan perusahaan yang bergerak di bidang batu bara, kan daerah yang memproduksi batu bara infrastrukturnya kurang, jadi mau tidak mau perusahaan mendirikan bangunannya," ujar Anton.
Selama ini, kawasan industri yang masih minim dari lirikan investor salah satunya di Serang dan Cilegon. Kondisi berlawanan terjadi untuk kawasan industri di Cikampek dan Cikarang yang mengalami kelebihan permintaan.
"Kawasan Cikampek dan Cikarang tingkat penjualannya lebih tinggi, untuk penjualannya berkisar Rp600 ribu sampai Rp2 juta per meter persegi. Sedangkan kawasan belum laku di bawah Rp600 ribu per meter persegi," tutur Anton.
Untuk itu, Anton mengusulkan agar kawasan industri yang belum laku terjual dapat disiasati dengan membuat infrastruktur yang bagus.
"Akses jalan yang bagus untuk perjalanan yang cepat dan gampang ditempuh, pasti akan mendorong permintaan," kata Head of Research Jones Lang LaSalle, Anton Sitorus kepada VIVAnews.com di Jakarta, Kamis 1 Desember 2011.
Anton mengatakan, perusahaan tidak akan membangun industrinya jika sebuah kawasan dianggap memiliki jalan sempit, jarak tempuh yang lama, serta fasilitas kurang memadai.
Perusahaan hanya mau mengembangkan industri jika lokasi yang dituju sudah menjadi kebutuhan mendesak. "Misalkan perusahaan yang bergerak di bidang batu bara, kan daerah yang memproduksi batu bara infrastrukturnya kurang, jadi mau tidak mau perusahaan mendirikan bangunannya," ujar Anton.
Selama ini, kawasan industri yang masih minim dari lirikan investor salah satunya di Serang dan Cilegon. Kondisi berlawanan terjadi untuk kawasan industri di Cikampek dan Cikarang yang mengalami kelebihan permintaan.
"Kawasan Cikampek dan Cikarang tingkat penjualannya lebih tinggi, untuk penjualannya berkisar Rp600 ribu sampai Rp2 juta per meter persegi. Sedangkan kawasan belum laku di bawah Rp600 ribu per meter persegi," tutur Anton.
Untuk itu, Anton mengusulkan agar kawasan industri yang belum laku terjual dapat disiasati dengan membuat infrastruktur yang bagus.
Sebelumnya, Kementerian Perindustrian mengungkapkan ketersediaan
lahan kawasan industri yang belum terjual, terjual tapi belum terbangun,
dan lahan pengembangan baru tercatat sekitar 10-15 persen.
Saat ini baru terbangun kawasan industri seluas 6.370 sampai 9.500
hektare dari luasan lahan kawasan industri yang tersedia. (art)
• VIVAnews
http://bisnis.vivanews.com/news/read/268763-infrastruktur-buruk-kawasan-industri-tak-laku
0 komentar:
Posting Komentar