Senin, 19 Desember 2011

Bisnis Properti Batam Merosot

INILAH.COM, Batam - Penjualan properti di Batam selama tahun 2011 merosot dibandingkan tahun 2010. Rata-rata kebutuhan dan pembangunan rumah di Batam setiap tahun 15.000 unit, namun di tahun 2011 terealisasi hanya sekitar 10.000 unit saja.
Hal tersebut diungkapkan Ketua DPD REI Khusus Batam Djaja Roeslim usai peresmian BNI REI Expo 2011 di Nagoya Hill Batam, Sabtu (17/12). Disebutkan Jaya, begitu sapaannya, merosotnya penjualan dan pembangunan properti di Batam karena developer masih menunggu regulasi dari pemerintah, terutama masalah hutan lindung yang hingga kini belum selesai.
"Dari kami developer, sebenarnya sudah merencanakan dengan baik pembangunan properti di Batam tahun 2011. Tetapi, target 15.000 rumah seperti tahun-tahun sebelumnya itu tidak tercapai, karena masih terkendala status hutan lindung di beberapa lokasi di Batam. Saya belum bisa pastikan angka pembangunan properti selama tahun 2011 ini, tetapi agak sedikit menurun. Biasanya 15.000, sekarang tak sampai 10.000 unit," ujar Jaya.
Selain permasalahan hutan lindung, penyebab merosotnya bisnis properti di tahun 2011 juga dikarenakan tata ruang Kota Batam yang belum tuntas, juga kendala dalam penyaluran kredit rumah murah. "Dulu namanya kredit rumah murah, sekarang oleh Kemenpera diganti menjadi Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Mekanisme FLPP ini masih ada sedikit kendala di lapangan, sehingga realisasi pembangunan properti kita agak menurun," ujar Jaya.
Disebutkan Jaya, Mekanisme FLPP menjadi kendala karena sebagian besar properti di Batam merupakan properti dengan nilai menengah ke bawah, yaitu di kisaran Rp70 juta per unitnya. Meskipun begitu, Jaya optimis bisnis properti di tahun 2012 mendatang tetap bagus, karena potensi yang dimiliki Batam sangat besar. Hal tersebut didasarkan karena permasalahan hutan lindung di Batam sudah sampai di meja Kementrian Kehutanan.
"Dari Batam kita punya tim paduserasi yang memperjuangkan masalah ini. Kemenhut sudah merespon, sekarang kita menunggu waktu saja. Semoga permasalahan hutan lindung di Batam segera selesai," harap Jaya.
Sementara Wakil Walikota Batam Rudi SE mengatakan pertambahan penduduk Batam setiap tahunnya mencapai 9 persen, atau 100.000 orang, dimana 70 persennya merupakan pendatang.
"Pertambahan penduduk Batam sangat besar, dan mereka pastinya membutuhkan rumah. Karena itu, bisnis properti ini sangat menjanjikan. Tapi, tolong developer bangun perumahan yang bebas banjir. Memang ini tidak hanya tugas developer tetapi juga pemerintah, baik BP Batam maupun Pemko Batam. Kita tidak usah saling menyalahkan, ini tanggung jawab kita bersama. Mari kita bangun Batam bebas banjir. Dan ini harus diantisipasi dari sekarang. Kalau tidak, ini akan menjadi masalah besar dikemudian hari," ujar Rudi.
Di samping itu, Rudi juga meminta pengembang untuk membangun rumah vertikal, karena semakin sempitnya lahan di Batam. Menjawab tantangan Wakil Walikota Batam, Jaya mengatakan pengembang sudah mulai melakukan pembangunan secara vertikal. Dalam hal ini, pengembang menunggu keputusan dari pemerintah terkait regulasi, yaitu Perda Strata Tittle di samping Perda pendukung lainnya.
"Kita menunggu Perda Strata Tittle, karena sampai sekarang sertifikat bangunan bertingkat belum bisa dipecahkan. Pastinya masyarakat menanyakan ini. Kami akan membicarakan hal ini dengan Pemko Batam dan DPRD," ujar Jaya.
Jaya juga mengatakan, saking sempitnya lahan di Batam, saat ini pola pembangunan di Batam sudah dilakukan di pinggir kota, seperti ke Tanjunguncang, Tembesi menuju Barelang, Tiban, dan Kabil. Sementara, untuk kawasan Batam Centre sudah semakin padat.
"Pemerintah harus bergerak cepat, Batam Centre seharusnya tidak boleh lagi membangun rumah biasa, sudah saatnya membangun hunian vertikal, begitu juga dengan kawasan Nagoya. Jika tidak, tata kota kita akan buruk, apalagi harga tanah sudah semakin mahal," ujar Jaya.
Selain itu, Jaya juga berharap kawasan Rempang dan Galang segera terbebas dari status quo. Sehingga bisa secepatnya dilakukan pembangunan.
"Mengingat pertambahan penduduk Batam yang mencapai 100.000 orang pertahun, dibutuhkan paling sedikit 15.000 rumah. Itupun sesungguhnya masih belum mencukupi. Jika setiap tahun terbangun 15.000 rumah, hitungannya, satu rumah itu dihuni oleh 7 orang. 15.000 rumah itu angka paling sedikit bila dihitung dari kebutuhan rumah di Batam," ujar Jaya.
Sekretaris Jenderal DPP REI Eddy Hussy menyebutkan properti merupakan lokomotif petumbuhan ekonomi nasional. Karena banyak bisnis lainnya yang ikut berkembang dengan berkembangnya binis properti. Diantaranya, semen, atap, dan industri padat karya lainnya, seperti bisnis kayu, ataupun jasa pembangunan.
Ditambahkan Jaya, multiplier effect lainnya terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu semakin meningkatnya PAD Kota Batam. Karena, dari properti pemerintah akan memungut BPHTB, PBB, PJU dan pajak lainnya.
Disinggung daya beli masyarakat Batam, Jaya optimis daya beli masyarakat Batam masih sangat bagus, baik menengah ke bawah maupun menengah ke atas. Bahkan, saat ini, pengembang di Batam telah berani membangun rumah dengan harga di atas Rp3 miliar, yaitu rumah di kawasan Grand Summit. Di samping itu, potensi Batam lainnya yaitu kepemilikan properti oleh asing. Di mana apartemen menjadi salah satu andalan bagi Batam untuk ditawarkan pada ribuan ekspatriat di Batam.
"Pemerintah Batam harus berani membuat terobosan baru, menciptakan regulasi-regulasi yang memancing investasi di Batam, salah satunya investasi properti. Jika tidak ingin tertinggal jauh dibandingkan daerah lain di Indonesia," ujar Eddy.
Saat ini, lanjutnya, Batam sesungguhnya sudah tertinggal dibandingkan Pekanbaru, Palembang, Makasar, Palu dan Kalimantan, dalam hal ini, pemerintah diminta untuk meningkatkan infrastruktur, penataan kota seperti jalan, lampu jalan, drainase, penghijauan dan pedestrian.
Di sisi lain, Ketua Panitia BNI REI Expo 2011 Maria Agustina Susanti mengatakan REI secara rutin menggelar expo dua kali dalam setahun. Expo yang akan berlansung hingga 26 Desember 2011 mendatang tersebut ditargetkan akan membukukan penjualan sebesar Rp40 miliar.
Pemimpin Sentra Kredit Konsumer BNI Pekanbaru Diana Djamal mengatakan selama 8 bulan BNI melakukan ekspansi di Batam telah mengucurkan KPR sebesar Rp80 miliar. Tahun 2012 mendatang, BNI berencana menggelar Expo serentak di beberapa kota di Indonesia. Hal tersebut dimaksudkan untuk mempermudah akses bagi masyarakat yang ingin mendapatkan rumah berkualitas dengan harga terbaik.
 
http://sindikasi.inilah.com/read/detail/1809173/bisnis-properti-batam-merosot

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Cari Properti

Custom Search

Ir. Andreas Siregar

Konsultan Properti

Pendiri AB Property

Tenaga Pengajar pada

PANANGIAN SCHOOL OF PROPERTY

Follow Twitter @penilaipublik untuk Tips & Konsultasi Properti

Aditya Budi Setyawan

Pendiri AB Property (Partner) ✉absetyawanwassuccess@live.com

☎ 0878787 702 99

085 7755 1819 5

0852 2120 3653

021 444 300 33 (flexi)

BB : 31 789 C84

Facebook Twitter MySpace Blogger Google Talk absetyawan Y! messenger adityabsetyawan
My QR VCard

Cari