Krisis Amerika Serikat (AS) - Eropa diyakini tak menurunkan omzet pengusaha properti di Indonesia karena perekonomian nasional tetap melaju sesuai target pemerintah.
"Walau harga saham di bursa perdagangan internasional sempat turun drastis, justru kami catat ada kenaikan omzet meskipun harga hunian tergolong premium," kata Direktur PT Bhakti Tamara, pengembang Royal Residence, Reinaldo Wenas, ditemui di Surabaya, Kamis.
Menurut dia, penjualan huniannya selama September 2011 menorehkan prestasi besaran tertinggi atau mencapai antara Rp30 miliar hingga Rp35 miliar sedangkan pada bulan normal hanya Rp20 miliar.
"Kami juga heran, pada saat perekonomian AS-Eropa sedang krisis tetapi bisnis properti di Indonesia tak terimbas atau tumbuh signifikan," ujarnya.
Bahkan, ia mengaku, siap menanamkan modal dengan nominal sangat besar dengan membangun hotel dan restoran Jepang di Pulau Dewata, Bali.
"Untuk besaran investasinya, kami belum bisa mempublikasikannya. Namun, hal terpenting adalah permintaan hunian di pasar nasional tidak pernah surut," katanya.
Bahkan, ungkap dia, secara makro ekonomi kondisi pasar properti di Tanah Air semakin bagus atau mengalami kenaikan 20 persen dibandingkan pada tahun 2010.
"Apalagi, kini masyarakat semakin dimudahkan karena suku bunga pinjaman rendah misalnya KPR bisa mencapai 7,5 persen fix selama dua tahun," katanya.
Untuk itu, ia meyakini, di pelaksanaan pameran perumahan di Gramedia Expo saat ini pihaknya dapat menjual sebanyak 10 unit rumah dengan harga miliaran rupiah.
"Hal tersebut berkaca dari pengalaman kami menjual hunian di Royal Residence Wiyung," katanya.
Ia melanjutkan, di kawasan perumahan itu dominasi 50 persennya disumbang oleh hunian dengan harga jual Rp1 miliar per unit. Di posisi selanjutnya, rumah dengan harga di atas Rp1 miliar hingga Rp2 miliar per unit.
"Posisi penjualan dengan kontribusi minim yakni yang memiliki harga jual di bawah Rp1 miliar," katanya.
Sumber: vibiznews.com
absetyawan 
adityabsetyawan
0 komentar:
Posting Komentar