Tak sedikit kasus calon konsumen rumah dirugikan akibat buruknya komitmen pengembang menepati janji-janji yang dipaparkansaat menawarkan produknya |
Tak sedikit kasus calon konsumen rumah dirugikan akibat buruknya
komitmen pengembang menepati janji-janji yang dipaparkan saat menawarkan
produknya. Sekali lagi, sesal setelah membeli tiada guna.
Sebutlah
misalnya, seorang calon pembeli rumah sudah membayar tak kurang dari Rp
50 juta sebagai uang muka bakal rumahnya. Dalam perjalanan, lokasi
calon rumahnya itu ternyata akan dilewati oleh proyek jalan tol.
Ini
terjadi bukan satu atau dua kasus. Di Jakarta, ratusan orang mengalami
hal sama dan menuntut pengembang mengembalikan uang yang sudah
disetorkan, plus bunganya. Pengembang ingkar dan kasusnya
berlarut-larut.
Janji tinggal janji. Warga di perumahan lain juga
dibuat kesal, karena janji pengembang membangun arena pusat kebugaran
(sports club) hanya tinggal janji. Belakangan malah sebuah sekolah
menengah atas berdiri di atas lahan yang tadinya dijanjikan untuk arena sports club itu. Akibatnya, lalu lintas dan ketenangan warga jadi terganggu karena munculnya sekolah baru di perumahan mereka.
Di
tempat lain, seorang pembeli rumah harus marah-marah ke pengembang
lantaran umum menuju lokasi rumahnya tidak segera diperkeras. Toh, tetap
tidak ada perubahan sudah banyak warga yang menghuni.
Akibatnya, jalanan menuju rumah sudah layaknya sungai. Jalan bergelombang di kala kemarau, dan menggenang di musim hujan.
Memang,
kasus-kasus semacam ini ratusan, bahkan mungkin ribuan kali terjadi.
Hanya segelintir saja yang terekspos ke permukaan karena pada umumnya
warga malas mengadukannya, atau malah putus asa, atau ingin mengadu tapi
tak tahu ke mana.
Apakah ini sedang terjadi pada Anda?
Pelanggaran komitmen
Kasus
paling banyak terjadi yang mengakibatkan seorang konsumen dirugikan
adalah jadwal serah-terima kunci meleset dari waktu yang sudah
dijanjikan. Melesetnya pun tidak pernah lebih cepat dari jadwal, karena
selalu lebih lambat. Bahkan, sudah menjadi kelaziman, bahwa serah terima
kunci seolah-olah memang harus terlambat.
Bisa dikatakan, hampir
tak ada pengembang yang memberikan garansi tertulis disertai
kompensasi-kompensasi yang jelas bilamana bangunan yang sudah dibeli
konsumen telat pada waktu penyerahan kuncinya. Sejatinya, betapa menarik
dan tergodanya konsumen bila ada developer melakukan hal ini. Bahkan,
barangkali, jika ini dilakukan dapat menjadi sebuah tools marketing dahsyat.
Kasus paling banyak terjadi yang mengakibatkan seorang konsumen dirugikan adalah jadwal serah- terima kunci meleset dari waktu yang sudah dijanjikan. |
Masalah lain, bagaimana bila
rumah diserahkan pada musim kemarau, sementara hujan yang pertama kali
mengguyur setelah rumah dihuni baru baru terjadi setelah masa 100 hari
itu habis. Alangkah hebatnya dan akan menjadi sebuah sarana promosi
yang hebat jika garansi terhadap kebocoran rumah misalnya, diberikan
setelah rumah tersebut diterpa hujan. Maka, calon konsumen sudah
seharusnya sangat cermat memperhatikan dan mencermati komitmen yang
diberikan secara tertulis maupun lisan oleh pengembang saat mereka
menawarkan produknya.
Pertanyaannya, jika komitmen tertulis dengan
mudah didapat, bagaimana membuktikan komitmen yang disampaikan secara
lisan oleh tenaga marketing pengembang tersebut?
Anda tidak perlu
khawatir. Anda bisa memanfaatkan ponsel yang memiliki kemampuan rekam
sangat memadai untuk mendokumentasikan janji-janji ini. Bisa direkam
secara terbuka maupun sembunyi-sembunyi.
Namun, yang lebih penting
dari itu, komitmen pengembang dalam membangun sebuah kawasan atau
perumahan dapat terlihat secara fisik dari infrastruktur yang disediakan
di situ, sampai dengan hal-hal yang remeh-temeh seperti bagaimana
pepohonan dirawat. Kita bisa menilik rencana sarana jalan yang ada,
cukup luas atau cuma sedikit lebih lebar dari sebuah gang senggol.
Perhatikan
pula pengaturan drainase di lokasi ini, bagaimana dan seperti apa
fasilitas umum disediakan. Semua ini bisa secara mudah dinilai. Bahkan,
bagaimana tampilan fisik kantor pemasaran, cara karyawannya melayani
konsumen, sampai dengan bagaimana pepohonan dan taman dirawat, akan
menunjukkan filosofi dan komitmen pengembang dalam membangun kawasan
atau kompleks hunian tersebut secara keseluruhan.
Lazimnya, hampir tak ada pengembang yang memberikan garansi tertulis disertai kompensasi-kompensasi yang jelas bilamana bangunan yang sudah dibeli konsumen telat pada waktu penyerahan kuncinya. |
Perlu diketahui,
pengembang yang sekadar "menjual unit" akan berbeda dengan pengembang
yang berkomitmen membangun kawasan atau menawarkan hunian nyaman yang
terkonsep secara matang. Pengembang yang sekadar mengeruk untung akan
berbeda dengan pengembang dengan perspektif dan menawarkan sebuah nilai
investasi bagi konsumen. Mereka yang sekadar menjual unit umumnya tak
akan memperhatikan segala sesuatu di luar kawasannya. Istilahnya,
bagaimana sarana jalannya, sarana transportasinya, bagaimana
interaksinya dengan lingkungan sekitar, bukanlah urusan mereka.
Ya,
begitulah kurang lebih jika diterjemahkan. Nah, untuk mengetahui dan
mengukur komitmen semacam ini, mau tak mau konsumen harus mengeluarkan
tenaga ekstra dengan melihat langsung ke lokasi, mengamati, dan
mencermati semua hal di sepanjang jalan menuju lokasi.
Tentunya,
sangat mustahil mencium komitmen ini hanya dari brosur yang dicetak,
apalagi kata-kata memikat dari tenaga pemasarnya yang rapi atau cantik
rupawan. Padahal, dengan kunjungan ke lokasi, calon konsumen akan dapat
menilai komitmen pengembang tersebut, dan kemudian dapat memastikan,
apakah investasi yang kita lakukan atas calon rumah tersebut akan
berprospek atau ngehek.
Sumber :
0 komentar:
Posting Komentar