Jakarta - Pertumbuhan bisnis properti di
Indonesia pada 2014 diperkirakan bakal melambat terutama pada produk
apartemen dan perkantoran strata title (dijual bukan disewakan) . Sehingga bakal banyaknya pasokan properti di tahun depan namun tidak dibarengi dengan permintaan.
"Pertumbuhan properti akan melambat. Secara umum pertumbuhan harga jual dan sewa agak melambat, pasokan jauh lebih banyak. Suplai lebih banyak dari demand. Para pengembang kan di tahun 2012 itu banyak melakukan pembangunan. Nah itu kan biasanya baru beroperasi di 2014. Sementara tahun ini para investor sudah banyak membeli properti sehingga tahun depan banyak properti jadi, banyak pasokan tapi nggak diikuti permintaan," kata Kepala Riset Cushman & Wakefield Arief Rahardjo saat konferensi pers di kantornya, Gedung BEI, Jakarta, Kamis (17/10/2013).
Ia menjelaskan, melambatnya sektor properti terutama akan terjadi di jenis apartemen dan kondominium, termasuk perkantoran.
"Misal strata office tahun ini pertumbuhannya 27%, nanti 2014 perkiraan hanya akan tumbuh 20%. Biasanya cenderung properti yang pakai sistem jual seperti apartemen dan kondominium akan cepet berpengaruh," ujarnya.
Isu melemahnya ekonomi makro Indonesia dan luar negeri khususnya China dan Amerika Serikat berdampak pada pengembang properti dan konsumen. Mereka lebih memilih untuk menunggu saat yang tepat untuk mengambil keputusan terutama untuk sektor gedung perkantoran strata title, kondominium, dan perumahan.
"Tapi kemungkinan penyewa gedung-gedung perkantoran akan mendapat beberapa keringanan karena harga sewa gedung perkantoran terus meningkat rata-rata sebesar 80% selama 3 tahun terakhir," kata dia.
Hal senada pernah disampaikan oleh Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda. Ia mengatakan, ada dua masalah fundamental dalam bisnis properti tahun depan. Pertama, 2013-2014 merupakan periode siklus properti yang sedang melambat setelah booming properti dua tahun lalu. Kedua, kondisi tersebut diperparah dengan perekonomian yang melemah baik di dalam negeri maupun global.
(drk/hen)
sumber: detik
"Pertumbuhan properti akan melambat. Secara umum pertumbuhan harga jual dan sewa agak melambat, pasokan jauh lebih banyak. Suplai lebih banyak dari demand. Para pengembang kan di tahun 2012 itu banyak melakukan pembangunan. Nah itu kan biasanya baru beroperasi di 2014. Sementara tahun ini para investor sudah banyak membeli properti sehingga tahun depan banyak properti jadi, banyak pasokan tapi nggak diikuti permintaan," kata Kepala Riset Cushman & Wakefield Arief Rahardjo saat konferensi pers di kantornya, Gedung BEI, Jakarta, Kamis (17/10/2013).
Ia menjelaskan, melambatnya sektor properti terutama akan terjadi di jenis apartemen dan kondominium, termasuk perkantoran.
"Misal strata office tahun ini pertumbuhannya 27%, nanti 2014 perkiraan hanya akan tumbuh 20%. Biasanya cenderung properti yang pakai sistem jual seperti apartemen dan kondominium akan cepet berpengaruh," ujarnya.
Isu melemahnya ekonomi makro Indonesia dan luar negeri khususnya China dan Amerika Serikat berdampak pada pengembang properti dan konsumen. Mereka lebih memilih untuk menunggu saat yang tepat untuk mengambil keputusan terutama untuk sektor gedung perkantoran strata title, kondominium, dan perumahan.
"Tapi kemungkinan penyewa gedung-gedung perkantoran akan mendapat beberapa keringanan karena harga sewa gedung perkantoran terus meningkat rata-rata sebesar 80% selama 3 tahun terakhir," kata dia.
Hal senada pernah disampaikan oleh Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda. Ia mengatakan, ada dua masalah fundamental dalam bisnis properti tahun depan. Pertama, 2013-2014 merupakan periode siklus properti yang sedang melambat setelah booming properti dua tahun lalu. Kedua, kondisi tersebut diperparah dengan perekonomian yang melemah baik di dalam negeri maupun global.
(drk/hen)
sumber: detik
0 komentar:
Posting Komentar