INILAH.COM, Batam - Penjualan properti di Batam selama
tahun 2011 merosot dibandingkan tahun 2010. Rata-rata kebutuhan dan
pembangunan rumah di Batam setiap tahun 15.000 unit, namun di tahun 2011
terealisasi hanya sekitar 10.000 unit saja.
Hal
tersebut diungkapkan Ketua DPD REI Khusus Batam Djaja Roeslim usai
peresmian BNI REI Expo 2011 di Nagoya Hill Batam, Sabtu (17/12).
Disebutkan Jaya, begitu sapaannya, merosotnya penjualan dan pembangunan
properti di Batam karena developer masih menunggu regulasi dari
pemerintah, terutama masalah hutan lindung yang hingga kini belum
selesai.
"Dari kami developer, sebenarnya sudah
merencanakan dengan baik pembangunan properti di Batam tahun 2011.
Tetapi, target 15.000 rumah seperti tahun-tahun sebelumnya itu tidak
tercapai, karena masih terkendala status hutan lindung di beberapa
lokasi di Batam. Saya belum bisa pastikan angka pembangunan properti
selama tahun 2011 ini, tetapi agak sedikit menurun. Biasanya 15.000,
sekarang tak sampai 10.000 unit," ujar Jaya.
Selain
permasalahan hutan lindung, penyebab merosotnya bisnis properti di
tahun 2011 juga dikarenakan tata ruang Kota Batam yang belum tuntas,
juga kendala dalam penyaluran kredit rumah murah. "Dulu namanya kredit
rumah murah, sekarang oleh Kemenpera diganti menjadi Fasilitas
Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Mekanisme FLPP ini masih ada
sedikit kendala di lapangan, sehingga realisasi pembangunan properti
kita agak menurun," ujar Jaya.
Disebutkan Jaya,
Mekanisme FLPP menjadi kendala karena sebagian besar properti di Batam
merupakan properti dengan nilai menengah ke bawah, yaitu di kisaran Rp70
juta per unitnya. Meskipun begitu, Jaya optimis bisnis properti di
tahun 2012 mendatang tetap bagus, karena potensi yang dimiliki Batam
sangat besar. Hal tersebut didasarkan karena permasalahan hutan lindung
di Batam sudah sampai di meja Kementrian Kehutanan.
"Dari
Batam kita punya tim paduserasi yang memperjuangkan masalah ini.
Kemenhut sudah merespon, sekarang kita menunggu waktu saja. Semoga
permasalahan hutan lindung di Batam segera selesai," harap Jaya.
Sementara
Wakil Walikota Batam Rudi SE mengatakan pertambahan penduduk Batam
setiap tahunnya mencapai 9 persen, atau 100.000 orang, dimana 70
persennya merupakan pendatang.
"Pertambahan
penduduk Batam sangat besar, dan mereka pastinya membutuhkan rumah.
Karena itu, bisnis properti ini sangat menjanjikan. Tapi, tolong
developer bangun perumahan yang bebas banjir. Memang ini tidak hanya
tugas developer tetapi juga pemerintah, baik BP Batam maupun Pemko
Batam. Kita tidak usah saling menyalahkan, ini tanggung jawab kita
bersama. Mari kita bangun Batam bebas banjir. Dan ini harus diantisipasi
dari sekarang. Kalau tidak, ini akan menjadi masalah besar dikemudian
hari," ujar Rudi.
Di samping itu, Rudi juga meminta
pengembang untuk membangun rumah vertikal, karena semakin sempitnya
lahan di Batam. Menjawab tantangan Wakil Walikota Batam, Jaya mengatakan
pengembang sudah mulai melakukan pembangunan secara vertikal. Dalam hal
ini, pengembang menunggu keputusan dari pemerintah terkait regulasi,
yaitu Perda Strata Tittle di samping Perda pendukung lainnya.
"Kita
menunggu Perda Strata Tittle, karena sampai sekarang sertifikat
bangunan bertingkat belum bisa dipecahkan. Pastinya masyarakat
menanyakan ini. Kami akan membicarakan hal ini dengan Pemko Batam dan
DPRD," ujar Jaya.
Jaya juga mengatakan, saking
sempitnya lahan di Batam, saat ini pola pembangunan di Batam sudah
dilakukan di pinggir kota, seperti ke Tanjunguncang, Tembesi menuju
Barelang, Tiban, dan Kabil. Sementara, untuk kawasan Batam Centre sudah
semakin padat.
"Pemerintah harus bergerak cepat,
Batam Centre seharusnya tidak boleh lagi membangun rumah biasa, sudah
saatnya membangun hunian vertikal, begitu juga dengan kawasan Nagoya.
Jika tidak, tata kota kita akan buruk, apalagi harga tanah sudah semakin
mahal," ujar Jaya.
Selain itu, Jaya juga berharap
kawasan Rempang dan Galang segera terbebas dari status quo. Sehingga
bisa secepatnya dilakukan pembangunan.
"Mengingat
pertambahan penduduk Batam yang mencapai 100.000 orang pertahun,
dibutuhkan paling sedikit 15.000 rumah. Itupun sesungguhnya masih belum
mencukupi. Jika setiap tahun terbangun 15.000 rumah, hitungannya, satu
rumah itu dihuni oleh 7 orang. 15.000 rumah itu angka paling sedikit
bila dihitung dari kebutuhan rumah di Batam," ujar Jaya.
Sekretaris
Jenderal DPP REI Eddy Hussy menyebutkan properti merupakan lokomotif
petumbuhan ekonomi nasional. Karena banyak bisnis lainnya yang ikut
berkembang dengan berkembangnya binis properti. Diantaranya, semen,
atap, dan industri padat karya lainnya, seperti bisnis kayu, ataupun
jasa pembangunan.
Ditambahkan Jaya, multiplier
effect lainnya terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu semakin meningkatnya
PAD Kota Batam. Karena, dari properti pemerintah akan memungut BPHTB,
PBB, PJU dan pajak lainnya.
Disinggung daya beli
masyarakat Batam, Jaya optimis daya beli masyarakat Batam masih sangat
bagus, baik menengah ke bawah maupun menengah ke atas. Bahkan, saat ini,
pengembang di Batam telah berani membangun rumah dengan harga di atas
Rp3 miliar, yaitu rumah di kawasan Grand Summit. Di samping itu, potensi
Batam lainnya yaitu kepemilikan properti oleh asing. Di mana apartemen
menjadi salah satu andalan bagi Batam untuk ditawarkan pada ribuan
ekspatriat di Batam.
"Pemerintah Batam harus berani
membuat terobosan baru, menciptakan regulasi-regulasi yang memancing
investasi di Batam, salah satunya investasi properti. Jika tidak ingin
tertinggal jauh dibandingkan daerah lain di Indonesia," ujar Eddy.
Saat
ini, lanjutnya, Batam sesungguhnya sudah tertinggal dibandingkan
Pekanbaru, Palembang, Makasar, Palu dan Kalimantan, dalam hal ini,
pemerintah diminta untuk meningkatkan infrastruktur, penataan kota
seperti jalan, lampu jalan, drainase, penghijauan dan pedestrian.
Di
sisi lain, Ketua Panitia BNI REI Expo 2011 Maria Agustina Susanti
mengatakan REI secara rutin menggelar expo dua kali dalam setahun. Expo
yang akan berlansung hingga 26 Desember 2011 mendatang tersebut
ditargetkan akan membukukan penjualan sebesar Rp40 miliar.
Pemimpin
Sentra Kredit Konsumer BNI Pekanbaru Diana Djamal mengatakan selama 8
bulan BNI melakukan ekspansi di Batam telah mengucurkan KPR sebesar Rp80
miliar. Tahun 2012 mendatang, BNI berencana menggelar Expo serentak di
beberapa kota di Indonesia. Hal tersebut dimaksudkan untuk mempermudah
akses bagi masyarakat yang ingin mendapatkan rumah berkualitas dengan
harga terbaik.
http://sindikasi.inilah.com/read/detail/1809173/bisnis-properti-batam-merosot
0 komentar:
Posting Komentar