Rumah adalah tempat tinggal, membangun keluarga, bercengkerama, juga
melepas penat. Tak heran, gambaran rumah idaman yang paling banyak
dikemukakan adalah sebuah hunian nyaman yang dikelilingi pepohonan nan
asri.
Survei yang dilakukan Litbang Kompas terhadap 804
responden, medio Februari 2012 lalu, juga mengungkap faktor kemudahan
akses menuju tempat kerja atau sekolah sebagai imaji tempat tinggal
sempurna. Ada pula responden yang menyebut lingkungan sosial
berkualitas (tetangga yang rumah dan gotong royong yang kental) sebagai
syarat rumah idaman.
Gambaran tersebut ternyata tidak sebatas
impian. Enam dari sepuluh responden yang tinggal di 12 kota besar yang
disurvei menyatakan, rumah mereka sudah sesuai dengan gambaran ideal.
Sesuai idaman atau tidak, 83,6 persen responden merasa puas dengan
kondisi rumah yang dimiliki. Sebagian besar rumah responden memiliki
cukup tumbuhan, berdekatan dengan tempat kerja, sekolah anak, juga
dengan prasarana umum, seperti pasar, terminal, atau stasiun.
Pembiayaan
Sebagian
besar responden yang merupakan masyarakat perkotaan itu lebih menyukai
membeli tunai (65,9 persen), baik pelunasan langsung maupun tunai
bertahap dalam jangka waktu tertentu. Bagi yang tidak memiliki cukup
dana, membeli hunian lewat fasilitas kredit pemilikan rumah (KPR) atau
kredit pemilikan apartemen juga menjadi pilihan. Tingkat suku bunga KPR
yang berangsur turun menjadi daya tarik bagi konsumen.
KPR dan
meningkatnya suplai rumah oleh pengembang membuat responden lebih
memilih membeli rumah baru ketimbang rumah bekas. Hunian anyar membeli
ruang lebih luas kepada pemilik untuk berimprovisasi ketimbang rumah
lama yang membutuhkan biaya renovasi.
Responden pun umumnya
mengakui, bahwa pengembang cukup membantu dalam prows pemilihan maupun
dalam hal pengurusan kredit rumah. Kredit yang dikucurkan perbankan
untuk keperluan konsumsi hunian pun meningkat cukup pesat.
Dalam
dua tahun terakhir, kredit pemilikan rumah tumbuh hingga 29 persen dari
Rp 136,5 triliun (Desember 2010) menjadi Rp 176,5 triliun pada Desember
tahun lalu. Sementara kredit pemilikan flat dan apartemen tumbuh jauh
lebih pesat sepanjang periode yang sama, yakni mencapai 47 persen.
Keamanan dan investasi
Faktor
keamanan rumah menjadi perhatian, baik dari tindak kriminal maupun dari
bencana alam termasuk banjir. Oleh sebab itu, upaya pengamanan
dilakukan responden demi rumah mereka. Upaya tersebut mulai dari yang
sederhana dan murah, seperti memasang teralis dan memelihara hewan
penjaga, hingga berteknologi tinggi dan berbiaya mahal, seperti memasang
kamera pemantau (CCTV).
Sayangnya, sebagian besar responden belum
memiliki kesadaran berasuransi untuk melindungi rumah dari kerugian
besar jika terjadi kebakaran. Hanya 24 persen responden mengaku
mengasuransikan rumahnya.
Karena nilai rumah yang tinggi, rumah
juga dipandang sebagai bentuk investasi yang menguntungkan. Keterbatasan
lahan yang sulit mengimbangi permintaan menyebabkan harga rumah terns
naik. Enam dari sepuluh responden merencanakan membeli rumah lagi di
masa mendatang jika memiliki dana lebih. Jika dibandingkan menurut jenis
properti, membeli rumah dinilai lebih menggiurkan ketimbang investasi
tanah kosong, rumah toko, apartemen, ataupun rumah susun.
Pertambahan
penduduk yang berarti kenaikan kebutuhan akan pagan dan keperluan
investasi mendorong permintaan terhadap rumah terus meningkat. Bank
Indonesia mencatat, penjualan properti residensial di 14 kota besar di
Indonesia pada triwulan IV tahun 2011 meningkat 26,9 persen untuk rumah
tipe besar dan 22 persen untuk rumah jenis kecil.
http://properti.kompas.com/index.php/read/2012/03/01/16012224/Kebutuhan.Masa.Kini.Investasi.Masa.Depan
0 komentar:
Posting Komentar