Dibutuhkan gubernur 'setengah gila' untuk membereskan permasalahan di kota yang gila ini.
-- Erwin Kallo
Jakarta ini diibaratkan sebagai kota "gila", seperti ciri-ciri medis
orang kehilangan akal. Itulah sosok yang melekat pada Jakarta, yang
melupakan identitasnya, senang melukai diri sendiri, serta tidak tahu
malu.
Erwin
mengatakan, Jakarta sudah melupakan identitasnya sebagai salah satu
kota perjuangan ketika masa pendudukan penjajah zaman dulu. Buktinya,
Kota Tua di Jakarta Barat yang menjadi peninggalan sejarah, kini
terabaikan.
"Lihat saja sekarang Kota Tua, sudah tidak ada lagi
penanda ingatan jejak-jejak Batavia. Harusnya, kota tua ini dihidupkan
kembali," ujarnya.
Ia mengatakan, dengan upaya pemerintah
merevitalisasi Kota Tua, maka kawasan ini sanggup hidup bahkan menjadi
sumber wisata sejarah.
"Atur kawasan tersebut, misalnya dengan memperbanyak pedestrian, dan orang ke situ hanya boleh naik angkutan umum," lanjutnya.
Tak
hanya lupa identitas. Erwin mengatakan, Jakarta kerap juga melukai
dirinya sendiri. Contohnya, kata dia, pemerintah berkesan melakukan
pembiaran ketika warganya mendirikan pemukiman di bantaran kali dan di
pinggiran rel kereta api.
"Di mana penegakkan hukumnya, dan
dimana pemerintahnya sehingga banyak warganya dibiarkan bermukim di
situ. Hal ini terjadi karena oknum birokrasi menerima upeti. Kalau dari
awal tegas dilarang, maka tidak akan menumpuk menjadi masalah," kata
dia.
Erwin juga mengkritik perilaku warga Jakarta yang tidak tahu
malu. Menurutnya, banyak warga yang kemudian melegalkan segala sesuatu
demi kepentingannya sendiri.
"Tinggal di bantaran kali itu
dilarang, tapi masih saja di situ. Fungsi kali juga dirubah, menjadi
tempat pembuangan sampah," ujarnya.
Melihat peliknya beragam
permasalahan di Jakarta, gubernur baru harus bisa mempertahankan
konsistensinya. Karena memang tidak semua tanggung jawab selalu
membutuhkan biaya, melainkan juga ketegasan dalam penegakan hukum.
kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar