JAKARTA– Konsultan properti internasional Cushman and Wakefield
menyatakan, pada kuartal IV/2011 permintaan kumulatif apartemen sewa di
Jakarta meningkat 10,6% dibandingkan kuartal yang sama tahun 2010.
Kepala Riset dan Penasihat Cushman and Wakefield Indonesia Arief Rahardjo mengatakan, permintaan kumulatif apartemen sewa hingga akhir tahun ini menunjukkan angka 28.268 unit tersewa dan mengalami peningkatan sebesar 7,1% dari kuartal III / 2011 dan 10,6% dari akhir tahun lalu. Menurutnya, tren apartemen sewa di Jakarta semakin tinggi, hal ini disebabkan aksesibilitas dan jalanan di tengah kota yang mulai padat.
Kepala Riset dan Penasihat Cushman and Wakefield Indonesia Arief Rahardjo mengatakan, permintaan kumulatif apartemen sewa hingga akhir tahun ini menunjukkan angka 28.268 unit tersewa dan mengalami peningkatan sebesar 7,1% dari kuartal III / 2011 dan 10,6% dari akhir tahun lalu. Menurutnya, tren apartemen sewa di Jakarta semakin tinggi, hal ini disebabkan aksesibilitas dan jalanan di tengah kota yang mulai padat.
“Sekarang banyak orang mulai
mencari apartemen sewa untuk akses ke tempat kerjanya. Kecenderungannya
sekarang, apartemen untuk ditinggali sendiri bukan investasi lagi, end
user biasanya keluarga muda yang biasa tinggal di luar negeri,” kata
Arif saat menghadiri pemaparan Jakarta Property Market and Economic
Review 2011 and Outlook 2012 di Jakarta kemarin.
Dia menyatakan,
meski terdapat sedikit penurunan jumlah ekspatriat karena sebagian dari
mereka kembali ke negaranya dalam rangka liburan akhir tahun, pasar
apartemen sewa Jakarta berhasil menutup tahun ini dengan aktivitas sewa
yang memuaskan.Hal tersebut dibuktikan oleh peningkatan tingkat hunian
di seluruh subsektor apartemen sewa pada kuartal IV / 2011.
“Saat
ini harga apartemen sekitar Rp8–12 juta per meter persegi.Hal yang
menarik adalah meningkatnya penghuni domestik yang signifikan dalam
sub-sektor apartemen servis bahkan penghuni domestik pun sudah mulai
mengambil alih dominasi penghuni subsektor kondominium sewa yang semula
didominasi oleh ekspatriat,”jelasnya.
Apartemen sewa yang
memperbolehkan sewa jangka pendek, menurut Arif, terutama yang berada di
area Central Business District (CBD), menikmati keuntungan dari
penyelenggaraan SEA Games yang melibatkan 11 negara di Asia Tenggara
pada bulan November lalu. Selain itu,liburan akhir tahun dan acara
pertemuan perusahaan maupun lembaga pemerintahan pun mampu meningkatkan
tingkat hunian apartemen sewa.
“Maka dari itu, akomodasi jangka
pendek berperan penting terhadap kinerja apartemen sewa selama kuartal
ini,”ujarnya. Sub-sektor apartemen servis sendiri,lanjut dia,mencatat
tingkat hunian sebesar 79,2%, naik sebesar 1,83% dari kuartal III lalu
dan 5% dari kuartal IV tahun lalu. “Akomodasi jangka pendek dari peserta
SEA Games, pemerintahan, perusahaan, dan keluarga domestik telah
menaikkan tingkat hunian selama kuartal ini,” kata dia.
Arif
menjelaskan, meski 68% penghuni apartemen servis merupakan ekspatriat,
terdapat peningkatan penghuni domestik yang tajam hingga hampir 100%
dari angka tahun lalu. Hal ini menurutnya menunjukkan semakin
diminatinya apartemen servis bagi pasar domestik. Dia menambahkan, untuk
tingkat hunian sub-sektor kondominium sewa tercatat sebesar 65,7% atau
tumbuh sebesar 1% dari tahun sebelumnya dan 4,2% dari kuartal
sebelumnya.
Sebagian besar penyewa memilih unit berdasarkan
aksesibilitas menuju lokasi aktivitas karena semakin parahnya kemacetan
lalu lintas kota Jakarta. Proporsi ekspatriat mengalami penurunan
sebesar 4% dari kuartal lalu ke angka 48% sehingga saat ini penghuni
domestik merupakan mayoritas penghuni sub-sektor kondominium sewa.
Sementara,
pengamat ekonomi makro dari Independet Research & Advisory
Indonesia (IRAI) Lin Che Wei mengatakan, Indonesia pada 2012–2016 akan
menjadi pusat pertumbuhan ekonomi paling tinggi di negara-negara Asia-
Pasifik. Karena itulah, dia meminta pemerintah dan kalangan pengusaha
bisa memanfaatkan kesempatan tersebut untuk membangun tingkat investasi.
“Secara fundamental, pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat
kuat,hanya wahana untuk investasinya tidak banyak. Ini bisa menjadi
peluang di masa mendatang kalau Indonesia bisa mendapat investment
grade,”kata dia. heru febrianto
0 komentar:
Posting Komentar