Pages - Menu

Rabu, 28 Maret 2012

Pembangunan 250.000 Rumah Baru Terancam Gagal

Foto Inilah.com
Ilustrasi
Pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Realestat Indonesia (REI) menyatakan pembangunan rumah baru sebanyak 250.000 unit pada 2012 terancam gagal karena hingga saat ini kredit pemilikan rumah melalui skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) masih sedikit.

"Sesuai informasi, sampai kini baru 600 unit rumah yang dijual melalui skema FLPP. Padahal, target produksi rumah nasional tahun ini mencapai 250.000 unit," kata Kepala Balitbang DPP REI, Sudjadi, di Semarang, Rabu.


Padahal, menurut dia, berdasarkan pengalaman selama ini, sebagian besar rumah yang terjual adalah dengan sistem kredit dan mendapatkan subsidi.

Mantan Ketua DPD REI Jateng yang juga Direktur PT Ajisaka mengingatkan bila hampir satu bulan sejak FLPP diberlakukan bank baru menyalurkan kreditnya untuk 600 rumah baru dengan skema FLPP, maka masih banyak masalah harus diselesaikan untuk mencapai target produksi rumah.

Menteri Perumahan, kata Sudjadi, baru saja menurunkan plafon kredit untuk rumah sederhana bersubsidi menjadi Rp70 juta dari sebelumnya Rp80 juta. Namun, secara bersamaan batas penghasilan debitur dinaikkan menjadi maksimal Rp3,5 juta dari sebelumnya Rp2,5 juta/bulan.

"Sebagai pengembang, kami bisa bangun rumah seharga Rp70 juta. Rumah itu tanpa lantai (keramik) dan plafon, namun konsumen dengan berpenghasilan sebesar itu tidak sudi beli rumah yang dianggap tidak siap huni tersebut," katanya.

Sudjadi memaparkan bahwa dari sekitar 12.000 rumah baru yang dibangun anggota REI Jateng pada 2011, sekitar 9.000 unit terjual melalui skema FLPP atau mendapat subsidi pemerintah yang disalurkan melalui bank pemberi kredit pemilikan rumah (KPR).

Menurut dia, batasan harga rumah Rp80 juta (belum termasuk pajak) seperti sebelumnya jauh lebih realistis mengingat harga pengadaan lahan dan material bangunan terus melambung.

"Kami tidak tahu, sasaran dari skema baru Menteri Perumahan itu untuk kelompok (konsumen) yang mana," katanya.

Ia memperkirakan produksi dan penjualan rumah pada 2012 bakal turun 20-30 persen dibandingkan tahun lalu menyusul belum lancarnya skema bank menyalurkan KPR melalui skema FLPP.

Selain itu, rencana kenaikan harga bahan bakar minyak per 1 April 2012 dipastikan akan mengerek harga bangunan, seperti pasir, batu bata, besi, dan semen yang menjadi komponen utama dalam penentuan harga selain tenaga kerja dan harga lahan.

"Harga semen dan besi sudah naik sekitar 10 persen padahal harga BBM belum dinaikkan. Itu pun barangnya sulit didapat," demikian Sudjadi.



(jn/JN/vbn-ant)

Sumber: Vibznews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar