Bergulirnya kembali fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP)
atau KPR rumah subsidi pertengahan bulan lalu belum berdampak pada
realisasi pembelian rumah subsidi.
Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesa (Apersi) mencatat hanya menjual 61 unit KPR selama sebulan terakhir padahal target tahun ini 210.000 unit rumah.
Ketua Apersi Eddy Ganefo menyatakan, penyerapan FLPP baru 61 unit. Jika aturan batas minimal bangunan 36 m2 tetap berlaku, pengembang yakin jumlah backlog atau kekurangan rumah akan makin bertambah.
Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesa (Apersi) mencatat hanya menjual 61 unit KPR selama sebulan terakhir padahal target tahun ini 210.000 unit rumah.
Ketua Apersi Eddy Ganefo menyatakan, penyerapan FLPP baru 61 unit. Jika aturan batas minimal bangunan 36 m2 tetap berlaku, pengembang yakin jumlah backlog atau kekurangan rumah akan makin bertambah.
"Dari data BLU yang kita terima, baru 61 unit penyerapan FLPP. Sangat sedikit dari target," katanya di gedung MK, Jakarta, Kamis (22/3/2012).
Ia menjelaskan, sulit untuk membangun tipe 36 m2 seperti aturan pemerintah. Ini ditambah maksimum harga yang dipatok Rp 80 juta. "Data ini sudah kami duga. BTN memang sudah sampaikan, itu artinya baru dia yang serap," tegasnya.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) menerangkan realisasi KPR subsidi masih belum sesuai harapan, karena suplai rumah yang terbatas.
"Semua yang ada pada kita untuk FLPP sudah diakadkreditkan. Yang aligible tippe 36 m2, namun belum terlalu banyak. Bulan ini ternyata belum tercapai. Kita kesulitan karena suplai terbatas," paparnya.
(wep/hen)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar