Pages - Menu

Rabu, 28 Maret 2012

Pertimbangan Sebelum Berbisnis "Homestay"

Bermodal aset yang sudah ada, investasi tambahan Anda akan cukup ringan jika ingin berbisnis homestay. Karena bangunan rumah sudah ada, Anda cuma perlu menyiapkan biaya untuk renovasi dan promosi.

Jika Anda membuka homestay sendiri, tentu akan lebih repot persiapannya. Belum lagi Anda masih harus melakukan promosi dan mengelola sehari-hari sendiri.
-- Tria Meriza
Namun, jika Anda ingin memulai usaha ini, ada baiknya mempertimbangkan sistem usaha yang akan digunakan, yakni memilih dengan sistem waralaba atau pengelolaan secara mandiri. Bila Anda ingin membuka usaha homestay dengan sistem waralaba seperti yang ditawarkan Simply Homy, misalnya, ada beberapa syarat harus dipenuhi. Pertama, Anda harus memiliki rumah dengan fasilitas minimal tiga kamar tidur, kamar mandi, garasi, ruang keluarga, serta tentu saja dapur.
Kedua, Anda harus memiliki modal tunai sekitar Rp 94 juta. Modal ini akan digunakan untuk membayar franchise fee selama lima tahun senilai Rp 60 juta, renovasi dan perlengkapan dengan kapasitas 3 kamar tidur sekitar Rp 30 juta, dan sisanya untuk mengurus biaya perizinan usaha. Adapun renovasi meliputi pengecatan ulang, perbaikan bangunan rusak, membeli perlengkapan tidur, pendingin ruangan, lemari, dan lain-lain. Aset perlengkapan tersebut nantinya menjadi milik mitra.
Tria Meriza, Direktur Operasional Simply Homy mengatakan, besarnya biaya renovasi sebenarnya beragam. Besaran tersebut tergantung kapasitas kamar dan perlengkapan yang dimiliki oleh mitra.
"Seandainya kamar lebih banyak dan perlengkapan belum sesuai standar kami, tentu biaya renovasi dan perlengkapannya lebih besar," kata Tria.

Jenis kerjasama
Ada dua jenis kerja sama yang sebetulnya ditawarkan Simply Homy, yaitu self management dan full management. Dengan sistem full management, pengelolaan homestay dilakukan oleh tim manajemen Simply Homy.
"Mitra tinggal menerima keuntungan setiap bulan sebesar 38% dari omzet," kata Tria.
Dengan sistem ini, mitra dikenai management fee 25%, royalty fee 8%, dan marketing fee 5%. Adapun biaya operasional memakan biaya 24% dari omzet. Biaya operasional tersebut meliputi biaya listrik dan air, karyawan, perawatan perlengkapan, belanja makanan dan minuman untuk tamu, serta belanja perlengkapan mandi.
Namun, apabila mitra menginginkan keuntungan lebih besar, Anda bisa memilih konsep self management. Dengan konsep ini, pengelolaan homestay sepenuhnya diserahkan pada mitra dan Simply Homy hanya menyediakan pelatihan dan pemasaran. Keuntungan yang diperoleh sebesar 50% dari omzet. Keuntungan ini lebih besar dibandingkan konsep full management karena konsep self management bebas management fee.
Selain itu, kewajiban terhadap pewaralaba setiap bulan hanya 8% untuk royalty fee dan 3% biaya pemasaran. Sisanya merupakan biaya operasional yang akan menjadi beban sang mitra.
Tria mengatakan, tingkat hunian homestay Simply Homy rata-rata 15 hari hingga 16 hari per bulan. Dengan biaya sewa Rp 800.000 hingga Rp 1,6 juta per hari, per bulan omzet yang dia dapat bisa mencapai Rp 15 juta–Rp 16 juta.
"Daripada rumah Anda hanya dikontrakkan, tentu keuntungan akan lebih besar bila dibuat usaha homestay," kata Tria.
Sekadar perbandingan, sewa kontrakan di Yogyakarta saat ini rata-rata hanya Rp 20 juta per tahun. Belum lagi dengan membuka usaha homestay, bangunan secara otomatis akan lebih terawat ketimbang dikontrakkan.
Tria mengingatkan, sebelum menyetujui proposal mitra, Simply Homy akan melakukan wawancara terkait dengan kelayakan lokasi hunian dan sistem kerja sama yang ditawarkan.
"Kami harus memberi tahu mitra, bahwa keuntungan yang akan diperoleh saban bulan tidak akan sama karena semua bergantung pada tingkat okupansi," jelasnya.
Dengan mengikuti program waralaba homestay, mitra tidak perlu pusing menyiapkan segala perlengkapan usaha dan pengelolaannya.
"Jika Anda membuka homestay sendiri, tentu akan lebih repot persiapannya. Belum lagi Anda masih harus melakukan promosi dan mengelola sehari-hari sendiri," ujar Tria.
Akan tetapi dengan mengikuti sistem waralaba homestay Anda cukup menyediakan investasi dan akan menerima keuntungan setiap bulan.

Sistem mandiri
Kini, mari bandingkan dengan membuka usaha homestay yang dilakukan secara mandiri. Dengan sistem ini, investasi yang Anda perlukan tidak terlalu besar.
"Anda hanya perlu melakukan renovasi untuk mempercantik bangunan dan ruangan, serta membeli kelengkapan ruangan," kata Satya Dharma, pemilik Athaya Homestay di Yogyakarta.
Untuk itu, modal yang dibutuhkan paling tidak Rp 20 juta. Perlengkapan yang harus Anda beli antara lain ranjang hingga lemari untuk kamar tidur. Selain itu, Anda juga wajib membeli pendingin ruangan.
Namun, besaran investasi tersebut bisa ditekan bila perlengkapan yang Anda miliki sudah memenuhi kelayakan sebagai hunian yang disewakan. Anggaran promosi yang harus Anda sisihkan untuk menawarkan jasa penginapan ini juga terhitung murah, hanya Rp 3, 5 juta. Perinciannya, Rp 3 juta untuk memasang iklan di website jaringan pariwisata dan Rp 500.000 untuk pembuatan brosur.
"Beriklan di jaringan pariwisata ini penting karena calon tamu pasti mengakses situs-situs semacam ini untuk membandingkan harga dan layanan," kata Satya.
Biaya Rp 3 juta tersebut berlaku selama tahun pertama, sementara untuk tahun selanjutnya cukup membayar Rp 2 juta. Dengan tingkat hunian 15 hari per bulan dan biaya sewa Rp 1 juta per hari, omzet yang Anda dapat sekitar Rp 15 juta per bulan.
Adapun keuntungan yang Anda peroleh bisa mencapai 70%. Pengeluaran untuk usahanya ini sangatlah mini. Dengan tingkat hunian 15 hari per bulan, pengeluaran hanya Rp 4 juta. Pengeluaran tersebut mencakup gaji karyawan, biaya listrik, perawatan perlengkapan, belanja bahan makanan dan minuman, serta belanja perlengkapan mandi. Tertarik?
(Fransiska Firlana)

(kontan.co.id)

http://serbaserbiproperti-abproperty.blogspot.com/2012/03/bermodal-aset-yang-sudah-ada-investasi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar