Mengiringi indahnya bisnis wisata, bisnis properti di Pulau Dewata
Bali kian sumringah. Salah satu bisnis properti yang naik daun di Bali
adalah kondominium hotel atau kondotel. Bisnis yang menjanjikan yield
atau keuntungan investasi ini bagi investornya ini makin menarik minat
pengembang.
Salah satunya PT Budi Mulia Prima Realty. Salah satu perusahaan milik
Group Brasali ini tak mau ketinggalan dengan pembangunnan Mercure Bali
Legian. Ini adalah proyek hotel dan kondotel berbintang empat. "Bagi
kami, ini saat yang tepat untuk berinvestasi di properti," kata Itje
Indrawati, Chief Executive Officer (CEO) Group Brasali, saat peluncuran
Mercure Bali Legian, Selasa (20/3).
Menurut Itje, dari tahun ker tahun, harga properti cenderung terus
naik. Bahkan bila dibandingkan dengan deposito, kata Itje, investasi di
bidang properti lebih menguntungkan. Apalagi, selain mendapat capital
gain kenaikan harga tanah dan bangunan, pemilik kondotel juga bisa
menikmati keuntungan atau yield dari sewa kondotel.
Mercure Bali Legian sendiri memiliki 317 kamar. Rinciannya: 150
kamar akan dioperasikan sebagai kondotel dan sisanya sebagai hotel.
Proyek ini berdiri di tanah seluas 6.000 meter persegi (m²) dan memiliki
luas lantai 21.000 m². Setiap unit kondotel Mercure Bali Legian
ditawarkan dengan harga mulai dari Rp 875 juta untuk luas 30 m².
Garansi imbal hasil
Garansi imbal hasil
Pembangunan Mercure Bali Legian akan dimulai pada pertengahan tahun
ini. Harapannya, proyek ini sudah beroperasi pada akhir tahun 2014.
Adapun investasi keseluruhan dari proyek kurang lebih sebesar Rp 300
miliar.
Itje mengklaim, meski baru diluncurkan kemarin, kondotekl Mercure
Bali Legian ini sudah terjual 74 unit. Maklum, untuk menarik pembeli
kondotel Mercure Legian Bali, Itje memberikan garansi yield sebesar 24%
selama tiga tahun pertama atau 8% per tahun. Ini lebih tinggi ketimbang
bunga deposito yang hanya berkisar 4% per tahun.
Menurut Tony Eddy, konsultan pemasaran proyek Mercure Bali Legian,
setelah masa garansi berakhir, yield kondotel bisa mencapai 10% per
tahun.Hitungan Tony ini mengacu pada proyek serupa, yaitu Novotel Nusa
Dua Bali.
Kondotel yang dijual pada 2005 lalu dengan harga US$ 1.200 per m²
tersebut, saat ini harganya sudah menanjak sampai US$ 3.000 per m².
Artinya, harga sudah naik 250% dalam enam tahun. Adapun dari hasil sewa,
unit paling kecil bisa menghasilkan yield ke investor 8% tiap tahun.
Tony mengakui kalau kini banyak kondotel yang berdiri di Bali. Namun,
Tony optimistis, jika perusahaan menawarkan keunikan, proyek kondotel
itu akan tetap diburu investor. "Daerah yang paling berkembang adalah
Kuta, Legian, dan Seminyak," ujarnya.
Optimime juga diungkapkan oleh Yonto Wongso, Direktur Pengembangan
Indonesia-Malaysia Accor yang menjadi operator Hotel Mercure Bali
Legian. Selain menyasar turis asing sebagai penyewa, mereka juga akan
membidik pasar domestik hingga 80%. "Turis Australia jadi target kami.
Apalagi, kami punya jaringan kuat karena punya lebih dari 200 hotel di
sana," jelasnya.
Salah satu pesaing proyek kondotel Mercure Bali Legian adalah Eaton
Luxe Nirwana Bali. Proyek kondotel milik PT Bakrieland Development Tbk
ini dibangun di wilayah Tabanan Bali dan diluncurkan pada akhir tahun
lalu.
Dari 178 unit yang tersedia, Bakrieland sudah berhasil menjual 20%.
"Kebanyakan investor orang Indonesia," kata Deden Sudarbo, Chief
Marketing Officer (CMO) unit usaha Hotels & Resorts Bakrieland,
kemarin.
Menjaring konsumen domestik, Bakrieland berharap turis asing menjadi pasar kondotel bikinannya hingga 15%-20%.
Unit kondotel Eaton Luxe Nirwana Bali dipasarkan seharga Rp 1,3
miliar-Rp 1,6 miliar per unit. Selama masa garansi lima tahun,
perusahaan Grup Bakrie ini memberikan imbal hasil 8% per tahun. Setelah
masa garansi itu, Deden mengkalkulasi, imbal hasil rata-rata sebesar
8,5%- 10.5% per tahun dan capital gain 15%-20% per tahun.
(Sumber: Kontan.co.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar