Pages - Menu

Rabu, 21 Maret 2012

Bali: Janjikan imbal hasil besar, Kondotel kian menawan

Mengiringi indahnya bisnis wisata, bisnis properti di Pulau Dewata Bali kian sumringah. Salah satu bisnis properti yang naik daun di Bali adalah kondominium hotel atau kondotel. Bisnis yang menjanjikan yield atau keuntungan investasi ini bagi investornya ini makin menarik minat pengembang.
Salah satunya PT Budi Mulia Prima Realty. Salah satu perusahaan milik Group Brasali ini tak mau ketinggalan dengan pembangunnan Mercure Bali Legian. Ini adalah proyek hotel dan kondotel berbintang empat. "Bagi kami, ini saat yang tepat untuk berinvestasi di properti," kata Itje Indrawati, Chief Executive Officer (CEO) Group Brasali, saat peluncuran Mercure Bali Legian, Selasa (20/3).

Menurut Itje, dari tahun ker tahun, harga properti cenderung terus naik. Bahkan bila dibandingkan dengan deposito, kata Itje, investasi di bidang properti lebih menguntungkan. Apalagi, selain mendapat capital gain kenaikan harga tanah dan bangunan, pemilik kondotel juga bisa menikmati keuntungan atau yield dari sewa kondotel.
Mercure Bali Legian sendiri memiliki 317 kamar. Rinciannya: 150 kamar akan dioperasikan sebagai kondotel dan sisanya sebagai hotel. Proyek ini berdiri di tanah seluas 6.000 meter persegi (m²) dan memiliki luas lantai 21.000 m². Setiap unit kondotel Mercure Bali Legian ditawarkan dengan harga mulai dari Rp 875 juta untuk luas 30 m².

Garansi imbal hasil
Pembangunan Mercure Bali Legian akan dimulai pada pertengahan tahun ini. Harapannya, proyek ini sudah beroperasi pada akhir tahun 2014. Adapun investasi keseluruhan dari proyek kurang lebih sebesar Rp 300 miliar.
Itje mengklaim, meski baru diluncurkan kemarin, kondotekl Mercure Bali Legian ini sudah terjual 74 unit. Maklum, untuk menarik pembeli kondotel Mercure Legian Bali, Itje memberikan garansi yield sebesar 24% selama tiga tahun pertama atau 8% per tahun. Ini lebih tinggi ketimbang bunga deposito yang hanya berkisar 4% per tahun.
Menurut Tony Eddy, konsultan pemasaran proyek Mercure Bali Legian, setelah masa garansi berakhir, yield kondotel bisa mencapai 10% per tahun.Hitungan Tony ini mengacu pada proyek serupa, yaitu Novotel Nusa Dua Bali.
Kondotel yang dijual pada 2005 lalu dengan harga US$ 1.200 per m² tersebut, saat ini harganya sudah menanjak sampai US$ 3.000 per m². Artinya, harga sudah naik 250% dalam enam tahun. Adapun dari hasil sewa, unit paling kecil bisa menghasilkan yield ke investor 8% tiap tahun.
Tony mengakui kalau kini banyak kondotel yang berdiri di Bali. Namun, Tony optimistis, jika perusahaan menawarkan keunikan, proyek kondotel itu akan tetap diburu investor. "Daerah yang paling berkembang adalah Kuta, Legian, dan Seminyak," ujarnya.
Optimime juga diungkapkan oleh Yonto Wongso, Direktur Pengembangan Indonesia-Malaysia Accor yang menjadi operator Hotel Mercure Bali Legian. Selain menyasar turis asing sebagai penyewa, mereka juga akan membidik pasar domestik hingga 80%. "Turis Australia jadi target kami. Apalagi, kami punya jaringan kuat karena punya lebih dari 200 hotel di sana," jelasnya.
Salah satu pesaing proyek kondotel Mercure Bali Legian adalah Eaton Luxe Nirwana Bali. Proyek kondotel milik PT Bakrieland Development Tbk ini dibangun di wilayah Tabanan Bali dan diluncurkan pada akhir tahun lalu.
Dari 178 unit yang tersedia, Bakrieland sudah berhasil menjual 20%. "Kebanyakan investor orang Indonesia," kata Deden Sudarbo, Chief Marketing Officer (CMO) unit usaha Hotels & Resorts Bakrieland, kemarin.
Menjaring konsumen domestik, Bakrieland berharap turis asing menjadi pasar kondotel bikinannya hingga 15%-20%.
Unit kondotel Eaton Luxe Nirwana Bali dipasarkan seharga Rp 1,3 miliar-Rp 1,6 miliar per unit. Selama masa garansi lima tahun, perusahaan Grup Bakrie ini memberikan imbal hasil 8% per tahun. Setelah masa garansi itu, Deden mengkalkulasi, imbal hasil rata-rata sebesar 8,5%- 10.5% per tahun dan capital gain 15%-20% per tahun.

(Sumber: Kontan.co.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar