Seorang bayi berumur 23 hari terpaksa tinggal di kolong jembatan layang Jalan Pemuda karena kontrakannya digusur Pemprov DKI, Selasa (7/2/2012) |
Masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) di DKI Jakarta menduduki
peringkat kedua yang tidak memiliki rumah sendiri. Peringkat pertama
diduduki oleh Jawa Barat, dan Jawa Timur sebagai peringkat ketiga.
Mereka tidak sanggup ke rumah susun. Daya belinya
enggak sampai. Belum lagi kalah dengan pembeli yang tujuannya investasi.
-- Eddy Ganefo
"DKI Jakarta ini masyarakat berpenghasilan
rendahnya peringkat kedua yang tidak memiliki rumah. Jumlahnya sendiri
sekitar 5 juta jiwa," kata Eddy Ganefo, Ketua DPP Asosiasi Pengembang
Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi), di acara developer gathering di Jakarta, Rabu (28/3/2012).
Berdasarkan
data Apersi, kata Eddy, peringkat pertama adalah Jawa Barat dan ketiga
diisi oleh Jawa Timur. Kebanyakan masyarakat berpenghasilan rendah ini
tinggal dengan menyewa rumah atau mengontrak.
"Di Jakarta banyak juga yang tinggal di area tidak layak, seperti kolong jembatan dan kawasan kumuh," terangnya.
Masyarakat
berpenghasilan rendah ini, lanjut dia, tidak mampu membeli rumah meski
telah ada terobosan program dari pemerintah untuk MBR.
"Mereka
tidak sanggup ke rumah susun. Daya belinya enggak sampai. Belum lagi
kalah dengan pembeli yang tujuannya investasi," kata Eddy.
Ditambah
lagi, saat ini program rumah subsidi untuk MBR tengah terganjal UU No 1
tahun 2011 pasal 22 ayat 3 tentang batasan luas rumah tipe 36 harga Rp
70 juta. Menurutnya, 80 % kemampuan MBR di pulau Jawa membeli rumah
bertipe di bawah tipe 36 karena mahalnya harga tanah.
(Kompas.com )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar