Penghuni Rumah Susun Sewa (Rusunawa) Sindang, Koja, Jakarta Utara
keluhkan fasilitas yang tak memadai. Mereka memiliki banyak keluhan
selama tinggal di sana, namun mereka tak punya pilihan lain selain
bertahan.
Rusun Sindang dibangun sejak 2003. Rusun dibangun di atas bekas pemukiman padat kumuh yang habis terbakar. Warga korban kebakaran difasilitasi untuk menempati rusun tersebut. Namun, kondisi rusun saat ini tak berbeda jauh dengan kondisi sebelumnya yang kumuh dan tak terawat.
"Harga terus naik, tapi nggak diimbangi perawatan dan
fasilitas," keluh Jaenudin (42 tahun), salah satu penghuni rusun.
''Kalau pagi hari, air mati. Orang mau berangkat kerja kan jadi susah. Sampah cuma ditumpuk di belakang, nggak ada bak sampahnya.''
Keluhan warga tidak hanya soal air dan sampah. Lahan parkir sudah setahun lebih diukur-ukur, tapi sampai sekarang nggak
jadi-jadi. Keamanan rusun juga dinilai kurang sehingga pernah ada yang
jatuh dari lantai empat. Begitu pula masalah atap rusun yang bocor.
Meski fasilitas tak memadai, pihak rusun tetap menaikkan tarif sewa.
Tarif sewa selama ini dibagi dua golongan, beraubsidi dan umum. Warga
korban kebakaran diberikan keringanan dengan pemberian tarif sewa Rp 116
ribu per bulan. Sedangkan, tarif umum Rp 229 ribu per bulan untuk tarif
lantai satu. Semakin tinggi lantai, tarif sewanya semakin murah Rp
5.000.
Perum Perumnas, selaku pengelola rusun, mengaku terdapat dana
perawatan rusun. Namun, perawatan tersebut tergantung laporan warga.
"Kalau ada keluhan warga, nanti kita perbaiki," ujar staf pengelola
rusun Sindang, Nana Kusmana, Kamis (15/3).
Adapun mengenai kenaikan tarif, pihaknya mengaku baru menaikkan satu kali pada tahun ini. Kenaikkannya sebesar lima persen. "Kita baru ini menaikkan tarif, itupun hanya lima persen,'' katanya. ''Padahal, dalam perjanjian sewa, itu tercantum kenaikan per tahun sebesar 10 persen.''
Sumber: republika.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar